Sabtu, 29 Oktober 2011

MANTRA JITU DARI HADIST NO SATU

Tidak pernah terbayang oleh Abdullah Sihab, seorang pemuda berbadan kurus yang berasal dari kampung yang berada disebuah desa didekat sungai lurus dan berarus, dan ia dapat melanjutkan kuliah di perguruan tinggi di Kota yang panasnya seakan tiada henti. Selepas lulus dari SMA swasta yang selalu ia bangga-banggakan, ia bercita-cita menjadi seorang tentara, maklum pada saat itu daerahnya yang dekat dengan perbatasan sering sekali dilanda konflik dengan negara tetangga. sebagai anak bangsa yang memiliki rasa patriotisme yang tinggi, ia mengikrarkan diri tuk mengabdi pada Ibu Pertiwi. Semangat yang menggebu-gebu seakan mengalahkan segumpal debu dan kabut yang sedang melanda desanya pada musim panas tiga tahun yang lalu, hentakan kakinya yang berbunyi keras seakan-akan menggambarkan bahwa ia adalah bagian dari segerombol pasukan kompi yang sedang berlatih dengan membawa perlengkapan tempurnya. Semangat itu pun mengantarkan ia pada sebuah papan pengumuman dimading sekolahnya...... Sayang berita buruk datang padanya.... terbayang olehnya sebuah bom besar yang dilempar oleh tentara Malaysia terbang menghancurkan cita-citanya. Setelah aku bertanya pada nya kenapa mukamu seperti prajurit yang sedang lapar..... ia hanya berlari kecil dengan langkah yang tidak lagi berbunyi keras. Ternyata salah satu syarat untuk menjadi prajurit tidak dapat ia penuhi.... umurnya belum cukup untuk menjalani seleksi administratif.... kesedihan semakin membombardir hatinya setelah ia mendengar teman sebangkunya saat SMA lulus PMDK di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Yang terpikir olehnya setelah kelulusan itu hanyalah berkerja menjadi penjaga kasir, atau bantu-bantu menjaga kios bensinnya bang Bujang tetangga disamping rumahnya.

Sebuah harapan disampaikan oleh ayahnya agar ia melanjutkan kuliah di Pontianak..... Abdullah kembali berfikir mungkin saat ini menjaga kasir atau kios bensin bukanlah hal yang cocok untuk seorang yang memiliki rasa patrotisme yang besar...... Abdullah pun kembali tersenyum dan mencoba merubah cita-citanya, setidaknya ia bisa menjadi PNS atau orang yang berdasi selepas ia menyelesaikan kuliah. Surga ada dibawah telapak kaki Ibu....! Ibunya pun meninggalkan nasihat untuk Abdullah, “Kalau mau jadi orang baek, ya jadilah orang baek..... kalau mau jadi orang jahat ya..... jadilah orang jahat..... jangan jadi setengah baek dan setengah jahat” walaupun sedikit bingung Abdullah pastinya bertekat untuk tidak menjadi orang jahat..... dengan bismillah.... ia pun berangkat ke Kota Katulistiwa. Dilema kembali melanda calon mahasiswa ini..... diformulir pendaftaran ada 3 pilihan jurasan/prodi yang harus ia pilih (pilihan IPC pada seleksi SNMPTN), ia pun memilih tiga jurusan yang satupun menurutnya tidak ada hubungannya dengan pelatihan militer..... setidaknya ia berharap ada jurusan Sandi Negara di UNTAN, paling tidak jurusan itu bisa menghantarkan ia menjadi seorang staf ahli yang bisa membantu Densus 88 membasmi teroris. Ujian seleksi telah selesai, kebingungan terus melanda pikirannya.... tak ada satupun jurusan yang ia minati, tapi jikalau ia mambawa kabar buruk lagi untuk orangtuanya dikampung pasti ini akan menjadi momok yang menakutkan bagi dirinya. Didalam sholatnya ia hanya terus meminta pada Allah yang Rahman dan yang Rahim,bahwa sesungguhnya ia belum mau menjadi orang yang jahat atau orang yang setengah baik dan setengah jahat....... (seperti yang dikatakan Ibunya).... ia hanya meminta yang terbaik apapun yang terjadi.....
Pengumuman kelulusan adalah awal kebahagiaan bagi Abdullah, ia pun diterima menjadi seorang mahasiswa di Universitas terbesar di Kalimantan Barat itu. Situasi menjadi mahasiswa adalah hal yang menyenangkan baginya, segala kegiatan kampus ia ikuti termasuk Studika (Studi Islam Kampus)..... karena ia berfikir Studika adalah jalan yang bisa mengantarkan ia menjadi orang yang baik bukan setengah baik dan setengah jahat...... proses mentoring pun ia jalani selama perkuliahan, ada sebuah tugas berat dari seorang mentornya yaitu menghapal hadis arba’in yang pertama...... apa itu hadis arba’in...? tanyanya pada sang mentor.... beli saja di toko buku, harganya murah.... jawab sang mentor.... dengan giroh (semangat)nya yang besar untuk menjadi orang baik, akhirnya mengantarkan Abdullah pada sebuah toko buku Islami:
Abdullah : “mbak..... ada buku hadist arba’in yang nomor satu ndak?”....
(penjaga tokopun sedikit bingung...... setaunya hadist arba’in tidak memiliki buku kedua....)
Penjaga Toko : hadist arba’in ya.....
Abdullah : ia,... tapi yang nomer satu ya.....
Penjaga Toko : mungkin maksud adek hadis arbain yang pertama ya.....
Abdullah : ia..... saya baru ingat hadis arbain yang pertama.....
Penjaga Toko : o..... yang inamal a’malu binniat kan.....! hadist itu ada di buku ini..... (sambil menunjukan buku hadist arba’in kecilnya)
Abdullah : ia buku itu yang saya maksud.....
Setelah hapal hadist tersebut.....! Abdullah terpikir bahwa sesungguhnya ia telah mengaplikasikan makna dari hadist itu..... yang secara tidak langsung maknanya hampir sama dengan pesan dari ibunya..... Abdullah terfikir untuk menjadi orang yang baik, dan apa yang ia niatkan itu pun selalu membuahkan hasil termaksud ketika ia bingung mencari hadist arbain yang pertama. Menurutnya sebuah landasan yang syar’i sangatlah bermakna jika kita memahami hakekat apa yang ada dalam landasan itu.... terlebih landasan tersebut mutlak adanya (berasal dari Quran dan sunah).
Menurut Abdullah tidak cukup hanya menjadi orang baik tanpa prestasi.... pembukaan program beasiswa terbesar di Fakultasnya menjadi niat selanjutnya yang harusnya terwujud.... karena ia ber nazar (janji) jika ia memperoleh beasiswa tersebut 50% pertama dari penerimaan beasiswa tersebut akan ia sumbangkan untuk pembangunan musholla di kampusnya. Jumlah beasiswa Abdullah perbulan adalah 600.000 ribu, jadi jika 50% dari beasiswa itu adalah 300.000 ribu, jumlah yang pastinya tidak akan mengurangi rasa syukur Abdullah pada rezeki yang Allah berikan. Berbekal mantera ajaibnya (inamal a’malu binniat) .... Abdullah pun tidak menerima kesulitan berarti untuk memperoleh beasiswa tersebut. Ajaibnya nikmat yang diberikan Allah memang harus ditafakuri dan diyakini.... beasiswa tersebut terjadi keterlambatan selama satu bulan dari masa yang telah ditentukan... jadi penerimaan dana tersebut diterimanya sejumlah dua bulan penerimaan sebesar 1.200.000...... hanya kata bingung yang ada dipikiran Abdullah.... maklum 50% dari 1.200.000 bukanlah nilai yang kecil........ ikhlas....... kejadian ini menjadikan sebuah pelajaran berarti baginya dimana secara tidak langsung.... ujian itu datang bukan hanya ketika manusia berada dalam posisi sulit.... namun dalam posisi yang sedang berlimpahan dengan kebahagiaan pun, keyakinan, niat serta keikhlasan menjadi ujian berarti bagi umat.....
Dan Abdullah pun sangat yakin, mantra jitu dari hadist no satu itu, akan terus membimbingnya untuk menjadi orang yang baik...... bukan menjadi setengah baik atau bahkan setengah jahat..... tetapi baik secara totalitas. [] wallahualam....

diangkat dari kisah nyata... editing oleh Tri Wibowo