KONSPIRASI POLITIK NASIONALIS
Studi Kasus Politik Kampus
Oleh: Tri Wibowo
Mahasiswa FISIP UNTAN
“Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, dan janganlah mereka memberdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yng telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dari dosa-dosa mereka. Dan sungguh kebanyakan manusia adalah orang-orang fasik. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin (Agamanya)?”
(Q.S. Al-Maidah: 49-50)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat, berbagai manfaat, yang semata-mata hanya untuk menjadikan umat manusia mengetahui akan kebesaran Allah SWT, dan terus menggunakan akal pikirannya untuk mengkaji kebesaran nya. Tiada tuhan selain Ia.... tiada mahluk yang dapat menguasai kekuasaannya serta apa yang telah Allah ciptakan, maka bersyukur lah ketika kita menjadi orang yang berakal (ulul albab) dan dapat merenungkan hakikat manusia adalah menjadi Khalifah, menghamba dan beryukur pada Allah semata. Sholawat serta salam penulis hatur kan kepada junjungan hamba, Nabi besar ya Habibina Muhammad SAW, sebagai sebaik-baiknya pengaplikasi sistem Allah dan sebaik baiknya contoh bagi para umat agar memiliki kiblat (arah) yang jelas untuk menentukan yang mana yang benar dan yang mana yang batil. Serta dapat membuktikan bahwa Islam bukanlah hanya sebuah teori yang hanya berlaku sesaat. Islam merupakan ideologi yang akan menjadi landasan bagi seluruh asek kehidupan. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah estafet kehidupan yang demi menempuh sebuah kesejahteraan hakiki maka islam adalah kunci dari semuanya. Tulisan ini merupakan bentuk ucapan syukur penulis atas apa yang Allah berikan selama penulis menjadi pemimpin disebuah Lembaga Dakwah Kampus, atas segala macam makna pemikiran untuk menemukan kemenangan islam. Kemenangan yang bukan dilandaskan atas mana organisasi, golongan atau berbagai kepentingan, namun kemenangan yang memiliki hubungan dan orientasi langsung pada Islam.
Adalah kenikmatan ketika kita memiliki sebuah penerang saat kita berjalan ditengah hutan yang penuh dengan kegelapan malam, semua menjadi terarah, kita dapat menentukan kemana seharusnya kaki ini melangkah. Namun bukan hanya itu kita juga dituntut untuk menemukan sebuah alternatif atau solusi yang harus kita lakukan untuk memperoleh kemenangan ketika kita keluar dari kegelapan yaitu sebuah cahaya besar ketika kita menemukan mentari pagi. Itulah islam yang menjadi sebuah cahaya yang mungkin hadir hanya sebagian kecil dalam hidup namun berdampak besar bagi kehidupan semesta alam..... banyak orang berfikir bahwa manusialah sumber kemenangan, ia bersiasat, ia berstrategi tanpa menjadikan Islam sebagai kiblat dan arah (dasar) penentu tujuan hidup. Walahualam...
Maka dari itu ketika manusia berselisih hendaknya Allah dan Rasull lah yang menjadi sebuah gagasan didalam kehidupan. Karena pada hakikatnya manusia memiliki keterbatasan berfikir, keterbatasan tenaga, dan keterbatasan hidup didunia. Politik adalah sebuah percakapan yang selalu melibatkan manusia sebagai pengaplikasi langsung didalam kehidupan. Sering kita mendengar orang berbicara mengenai pemenangan calon Kepala Daerah dan mereka mengatakan bahwa itulah politik. Tidak ada yang salah dari pernyataan tersebut, karena secara tidak langsung aspirasi merupakan salah satu bagian dari politik. Namun itu merupakan sebuah definisi kecil yang hanya dipandang dari sebagian lini kehidupan. Penulis banyak belajar dari pengalaman penulis ketika berkuliah dikampus yang mengajarkan disiplin ilmu politik, terlebih sebuah aplikasi langsung dilingkungan kamus yang secara garis besar penis anggap itu bagian dar politik....
Ada beberapa hal yang menyangkut kehidupan politik salah satunya adalah kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), dan kebijakan publik (public policy). (Budihardjo, 2008:14). Penulis akan mengambil sebuah kasus dalam lingkup kecil yang penulis rasakan yaitu politik kampus. Pernyataan diatas merupakan sebuah siklus yang lumrah terjadi diberbagai belahan negara, dimana kekuasaan merupakan hal penting untuk dapat mensejahterakan atau menyengsarakan sebagian kecil dari golongan, keputusan dan kebijakan merupakan hasil yang telah ada jika sebuah kekuasaan berada di tangan manusia. Karena secara aplikasi sosial, manusia hadir dengan berbagai latar belakang berbeda, adat yang berbeda, agama yang berbeda, dan yang pasti adalah kepentingan yang berbeda pula didalamnya. Maka dari itu sangatlah wajar jika kebijakan kekuasaan hanya lah berlandaskan pada kekuasaan yang mementingkan sebagian besar kelompok yang mengemban sebagian besar kepentingan didalamnya. Membuat kubu, saling menjatuhkan serta menganggap kelompoknya adalah yang terbaik adalah salah satu hal yang real terjadi didunia kampus. Bahkan sudah menjadi sebuah perbincangan jika kehidupan kampus sudah menjadi sebuah laboratorium percobaan bagi para politikus Nasional untuk mencoba apakah kekuatan, strategi serta ideologi mereka bisa diterima serta mendapat sokongan dari kaum yang dianggap paling mulia didalam masyarakat (intelek). Ini lah sebuah bentuk nyata sebuah politik nasionalis, dimana didalamnya tidak berdasarkan ideologi Islam, namun berlandaskan ideologi kepentingan yang akan menjadikan bukti, segala sesuatu yang tidak didasarkan karena kepentingan Allah, maka manfaat yang diterima akan menjadi semu. Politik nasionalis merupakan konsep ideologi kepentiangan yang diciptakan oleh manusia dengan kepentingan yang akan menyesuaikan akan kebutuhan yang sesaat. Jika kebutuhan politik nasional adalah pemenangan (4102, dibaca terbalik), maka ideologi kepentingannya akan menyesuaikan dengan apa yang ingin dicapainya. Begitu pula seterusnya....... lalu bagaimana dengan kepentingan Islam? Tenang lah wahai saudara ku..... jangan lah anda menganggap para politikus itu orang yang bodoh .... dalam konsepnya, islam itu telah mendapatkan tempat dalam konspirasi politik mereka, walaupun hanya kecil. Ideologi “NASIONALIS RELIGIUS” dianggap bisa menjadi penyempurna sebuah strategi dalam sebuah kepentingan. Sekali lagi ini merupakan bentuk nyata sebuah politik nasionalis yang cenderung kapitalis bahkan sekular.
Menurut Yusuf Qordhawi didalam buku “Legalitas Politik” mengatakan bahwa Politik syar’i mencakup antara individu atau negara dan segala sesuatu yang mencakup masalah kehidupan manusia..... mana kah yang dapat memberikan kesejahteraan? Politik nasionalis atau politik dalam prespektif islam yang memberikan kesejahtraan bagi semesta alam dan bukan hanya bagi kepentingan golongan.
Salam satu jari, tegakkan kalimat ilahi.....
Walahualam....
“Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka beriman kepada apa yang diturunkan kepada mu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketentuan hukum tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.
(Q.S An-Nisa: 60)